Wonosobo, Selamat Hari Jadi Yang Ke-190
Dear Blogger,
Hari ini Kota Wonosobo genap
berusia 190 tahun. Tahun yang tidak muda lagi bagi suatu kota kecil yang terus
berkembang, berbenah diri dan mempercantik diri. Kota kecil yang terletak
dikawasan pegunungan ini mempunyai hawa sejuk yang tentu saja membuat kangen
banyak orang untuk mengunjunginya kembali dan kembali.
Ketika menyebut Wonosobo yang ada
dalam benak adalah dingin, hijau, tentram dan damai. Dinginnya sih masih tetapi
tidak sedingin dulu ketika masih banyak pepohonan dan belum banyak perumahan.
Sama halnya dengan dingin, hijaunya juga semakin berkurang. Semoga tentram dan
damainya selalu terjaga, aamiin.
Wonosobo berasal dari bahasa Jawa
yaitu Wanasaba. Wana berarti hutan dan saba yang berarti menjelajah atau bisa
juga mengunjungi. Jadi kurang lebih artinya “hutan yang dikunjungi” atau “menjelajahi
hutan”. Bahasa Jawa sendiri mengambil dari bahasa Sanskerta yaitu vanasabha
yang artinya kurang lebih “tempat berkumpul di hutan”. Jadi Wonosobo berarti
hutan yang telah ditempati.
Sejarah berdirinya Wonosobo tak
lepas dari kisah tiga pengembara yaitu Kyai Kolodete, Kyai Karim dan Kyai Walik
pada awal abad ke-17. Ketiga orang tersebut kemudian berpisah dan menempati
tiga wilayah yang berbeda. Kyai Kolodete membuka pemukiman di Dataran Tinggi
Dieng, Kyai Karim disekitar Kalibeber, dan Kyai Walik di wilayah yang kini
menjadi Kota Wonosobo.
Sejarah Kabupaten Wonosobo juga
tak lepas dengan masa perang Diponegoro, pada tahun 1825 – 1830. Wilayah
Wonosbo menjadi basis pertahanan pasukan Pangeran Diponegoro. Bersama Imam
Misbach atau dieknal dengan nama Tumenggung Kertosinuwun, Tumenggung
Mangkunegaran dan Gajah Permodo, Kyai Muhammad Ngarpah berjuang melawan
Belanda. Dalam sebuah pertempuran, Kyai Muhammad Ngarpah berhasil meraih
kemenangan pertama, sehingga kemudian diberikan gelar Tumenggung Setjonegoro.
Tumenggung Setjonegoro mengawali
kekuasannya di Ledok, Selomerto yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke
kawasan Kota Wonosobo saat ini. Tumenggung Setjonegoro kemudian menjadi Bupati
pertama di Wonosobo dan nama Tumenggung Setjonegoro sekarang diabadikan sebagai
nama Rumah Sakit Umum di Wonosobo yaitu RSU Setjonegoro.
Pemindahan pusat pemerintahan
tersebut yang kemudian dikaji oleh tenaga ahli dan Tim Peneliti dari Fakultas
Sastra UGM bersama pemerintah Kabupaten Wonosobo, para sesepuh dan beberapa
tokoh masyarakat dalam sebuah seminar, pada tanggal 28 April 1994. Tanggal 24
Juli 1825 diyakini sebagai hari dimana terjadi pemindahan pusat pemerintahan
tersebut dan kemudian diperingati sebagai Hari Jadi Kota Wonosobo.
Selamat Hari Jadi Kota Wonosobo
Yang Ke-190. Semoga makin ASRI yang benar-benar asri.
Disadur dari berbagai sumber.
Semarang, 24 Juli 2015
Warm Regards,
inung
Photo by @InungNie on @inungnie |
Disadur dari berbagai sumber.
Semarang, 24 Juli 2015
Warm Regards,
inung
Selamat hari jadi Kota Wonosobo..semoga makin maju ya..
BalasHapusAamiin.. Aamiin.... YRA
HapusMatur nuwun mbak Nurul sudah mampir :)
Wah senangnya ya yang berhari jadi, aku nggak jadi ke Wonosobo kemarin, padahal pengen lihat pesta lampionnya.
BalasHapusLampionnya aku juga nggak liat mbak.... kalo balon udaranya malah dibatalkan :(
HapusWogh iya ultah Wonosobo ya bulan lalu...Semoga Wonosobo makin berjaya ya Nung
BalasHapusaamiin...aamiin...
HapusMatur tengkyuu Uniek say... :*
Di Lampung juga ada kecamatan yang namanya Wonosobo lho Mbak. Soalnya banyak transmigran dari Jawa he he. Maju terus ya untuk Wonosobo.
BalasHapusTerima kasih mbak Heni...Salam kenal ya... :)
HapusMungkin yang di Lampung itu para transmigran yang banyak berasal dari Wonosobo :D