Kanjuruhan (Sebuah Tragedi?)

Beberapa hari terakhir ini, nama Kanjuruhan begitu sering terdengar, bahkan menjadi trending topik di sosial media, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Betul sekali, tanggal 1 Oktober 2022 lalu terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan tersebut. Bagi pencinta olah raga, terutama sepak bola, nama Stadion Kanjuruhan pasti sudah tidak asing lagi. Stadion yang terletak di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bagi yang tidak begitu menyukai sepak bola, stadion Kanjuruhan menjadi asing di telinga, seperti saya. Saya tahu ada Stadion dengan nama Kanjuruhan juga setelah muncul hiruk pikuk di media.

Stadion Kanjuruhan berdiri tahun 2004, atau tepatnya diresmikan pada tanggal 9 Juni 2004 oleh Presiden yang menjabat saat itu, Presiden Megawati dan dibangun mulai tahun 1997. Nama Kanjuruhan sendiri diambil dari nama kerajaan abad ke-6 di Malang yaitu Kerajaan Kanjuruhan dengan raja yang terkenal adalah Gajayana. Stadion Kanjuruhan ini letaknya jauh ke selatan dari kota Malang atau sekitar 25 KM dari stadion Gajayana di Kota Malang.  

Sudah beberapa kali ajang sepakbola dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan ini. Seperti Indonesia Super League (ISL) 2019-2010, Super Copa Indonesia 2006, Menpora Cup 2013, SCM Cup 2015 dan terakhir Piala Presiden 2019.

Stadion Kanjuruhan merupakan stadion home base bagi Arema dan beberapa kali Arema mencatat kemenangannya ketiga berlaga di home base mereka ini. 

Kembali ke topik kericuhan pada awal Oktober kemarin, ternyata sebelum ini telah terjadi juga peristiwa menyedihkan di Stadion Kanjuruhan. Pertama, tahun 2005 saat pertandingan antara Arema dan Persija di laga Ligina 2005 dengan kemenangan 1-0 untuk Arema. Saat itu terjadi insiden robohnya pagar pembatas tribune, yang menelan 1 orang korban jiwa dan puluhan Aremania yang terluka.

Kedua, yang dikenal dengan Kanjuruhan Disaster. Saat itu Arema bertanding dengan Persib Bandung di Liga 1 2018. Hasil berimbang 2-2. Wasit dinilai tidak adil dan memancing kericuhan, yang kemudian terjadi tembakan gas air mata oleh aparat keamanan ke arah tribune yang menyebabkan banyak korban pingsan berjatuhan.

Tragedi Kanjuruhan kembali terulang, 1 Oktober kemarin, kericuhan antara aparat keamanan dan supporter Arema FC saat Arema bertanding dengan Persebaya, yang dimenangkan oleh Persebaya. Tragedi ini menjadi sejarah kelam dunia sepak bola Indonesia. Lebih dari 100 nyawa tak tertolong akibat tembakan gas air mata dari aparat yang mengakibatkan penonton saling berdesakan untuk keluar lapangan untuk menyelamatkan diri. Banyak korban saling terinjak. Seperti nyawa tak berharga. Yang lebih tragis terdapat anak kecil yang menjadi korban. 

Semoga tragedi ini menjadi perhatian dari pemerintah juga penyelenggara laga sepak bola di Indonesia agar tidak terulang kembali. Duka mendalam untuk seluruh keluarga korban yang meninggal maupun yang terluka. Semoga yang meninggal diterima disisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan selalu diberi kekuatan. Kepada korban yang terluka semoga segera diberi kesembuhan.

Note: diambil dari berbagai sumber.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Matur Sembah Nuwun Gusti

Kesempatan Besar Mengikuti Gebyar Tahapan BCA

IIDN Semarang dalam Celebrating Journey to Motherhood